Setiap hari Pak Suyatno memandikan,
membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat
tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya
istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi
dia selalu melihat istrinya tersenyum. Untunglah tempat usaha Pak
Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang
untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya dia pulang memandikan istrinya,
mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton
televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun
istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno
sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat
tidur. Rutinitas ini dilakukan lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia
merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka.
Sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno
berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena
setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan
Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan
hanya satu semua anaknya berhasil. Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg
sulung berkata ” Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil
melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari
bibir bapak……… bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.
Dengan air mata berlinang anak itu
melanjutkan kata2nya “Sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak
menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya. Kapan bapak
menikmati masa tua bapak. Dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak
tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara
bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali
tidak diduga anak2 mereka.” Anak2ku ……… Jikalau perkawinan & hidup
didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah…. tapi
ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari
cukup, dia telah melahirkan kalian.. Sejenak kerongkongannya tersekat,…
kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg
tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu
apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini. Kalian menginginkan
bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu
dengan keadaanya sekarang, Kalian menginginkan bapak yg masih diberi
Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih
sakit.” Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno.
Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh
dipelupuk mata ibunya. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat
dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah
satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber. Mereka mengajukan
pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun
merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. Disaat itulah meledak tangis
beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuan pun
tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita. “Jika
manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian )
adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup
saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai
saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4
orang anak yg lucu2.. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta
kita bersama..dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat
memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu
saya mencari penggantinya apalagi dia sakit.
Mampukah kita mencintai tanpa syarat
seperti debu yang rela menghilang di terpa hujan dan seperti kayu yang
rela menjadi abu untuk api…….. cinta yg paling agung adalah cinta hamba
pada penciptanya…..cinta tanpa syarat……….mampukah???
Post a Comment
Silahkan masukkan komentarnya